Galeri

About

Ari Damayanti

Life is not always as we expect. However, we must still strive to achieve what we dream. Grief and pain must be approached, but there is always a way back to happiness.

Just like everyone, I will need a companion who is not human. That faithfully accompany with all his life, which can be a true friend till my time or their time is come.

And I have it now, Doru, Billie and Miho. They are my true friend, cute funny cats who always make a fuss and always demanding. But, by their presence, my life was perfect. I can tell anything to them, sorrow, pain, confusion, and heartbreak.

Thank's to God by sent them to me. I do really love you my sweet kitties.
Oriflame Cosmetics

Oriflame Cosmetics

Wednesday, May 2, 2012

Share Story : Hikmah Willa





Photo Kucing Ilustrasi aja yaaaa,,,ini kucing aku namanya Billie ^_^
"Willa Cather duduk lagi di bawah pohon sepanjang pagi", kata Alan. 

Aku tidak perlu bertanya apa yang Willa lakukan di bawah pohon pinus setinggi 30 meter, yang mendominasi halaman belakang kami. Hari demi hari, Willa akan duduk menunggu di bawah dahan-dahan pohon, berharap akan ada seekor burung yang jatuh dari sarangnya. 

Willa yang tampak seperti pinguin gendut, adalah kucing paling tidak lincah dari keempat kucing kami. Saat usianya lebih muda, ia tidak tertarik pada acara beburu seperti saudara-saudaranya. Ia lebih suka makanannya, makanan kaleng, yang disajikan dua kali sehari. Kini, Willa tua, dan berat, kemauanyya berburu semakin menurun. Ia memilih duduk di bawah pohon, kepala didongakan, dan tatapannya terpaku keatas. Willa tahu burung punya sarang. Ia pasti mengira, pada akhirnya, akan beruntung juga. 

Keesokan paginya si gendut Willa pergi ke tempatnya yang biasa. Kumisnya bergetar. 

"Tidak akan berhasil", kataku padanya. "Burung nyaris tidak pernah jatuh dari pohon. Tidak usah berharap." 

Willa tidak mengacuhkan saranku dan duduk di bawah pohon itu sepanjang musim semi. Suatu hari, Willa tidak muncul disana. 

Bagus, akhirnya ia mengerti juga. Namun aku salah. Rupanya, Willa mengetahui strateginya tidak berhasil, dan, diawal musim panas, ia telah menyempurnakan rencananya. 

"Siapa yang membawa masuk?" aku bertanya pada suatu malam di bulan Juni. 

"Biar kuurus," jawab Alan. "Pastilah ulah Thackeray atau Dickens." 

Aku tidak mengatakan apapun, tapi aku sendiri berpendapat itu bukan hasil ulah salah satu kucing jantan kami. Thackeray tidur sepanjang sore, dan Dickens tidak pernah berburu tikus. Maka, kemungkinannya tinggal Charlotte Bronte, atau ... ah, tidak mungkin. 

Tikus mati terus bermunculan. Kebingunagn kami berubah menjadi keheranan saat kami menyimpulkan bahwa Willa, dan hanya Willa, yang mungkin menangkap tikus-tikus itu. Rasanya sulit mempercayainya. 

"Bagaimana ia melakukannya? Ia terlalu gemuk, dan terlalu tua untuk berburu." 

Esok harinya, aku menguntit Willa. "Ia tidak pergi jauh-jauh," laporku. "Ada segerombolan tikus hidup di bawah batang pohon." 

Menjelang akhir musim panas, aku mengikuti Willa ke pekarangan belakang. Aku membawa kursi dan secangkir besar kopi, mengantisipasi penantian panjang. Perburuan Willa bukanlah permainan bagi orang yang tidak sabaran. Aku menunggu dan mengamati. 

Rencana Willa sungguh cerdik. Ia memanjat batang pohon, lalu merangkak ke bukaan di atas batang. Kemudian, Ia memasang posisi, dan diam tak bergerak, sampai buruannya lengah. 

Saat seekor tikus menjulurkan tubuhnya keluar, cakar hitam Willa siap menyambutnya. 

Musim panas itu, Willa menghabisi satu koloni tikus. Satu persatu tikus-tikus itu jatuh ke dalam perangkap cakarnya yang menunggu dengan kesabaran. 

***

Willa berbaring di pangkuanku. Usianya bertambah menjadi enam belas tahun belum lama ini. Besok, kami ada janji temu dengan dokternya. Willa mengidap kanker. Tidak ada lagi yang dapat kami lakukan. Aku mengelus-elus Willa dan menyadari betapa beruntungnya aku telah mengenalnya. Kucing yang pintar, Ia mengajariku manfaat dari usia yang matang; mengetahui dimana harus memposisikan diri, agar apa yang aku cari akan datang kepadamu. 

Willa menoleh keatas. 
Aku yakin ia tersenyum. 

Kate Reynolds
Sumber : Chicken Soup For The Cat Lover's Soul

No comments: